THE POWER OF
‘MALE GAZE’
(Kuatnya ‘Male Gaze’ dalam
Tayangan Televisi di Indonesia,
Mister Tukul Jalan-jalan
Trans7)
Eksistensi Tayangan Mistis di Indonesia
Di tengah tayangan-tayangan komedi dan hiburan yang kian menjamur dan
mewabah di Indonesia, tayangan bertemakan mistis yang berbau hal mistis
ternyata masih mempunyai tempat tersendiri di hati pemirsanya. Bahkan setelah
gempuran drama-drama yang dari negara luar seperti India dan Turki yang
kehadirannya sempat membius perhatian masyarakat Indonesia pun, tayangan mistis
masih saja mampu bertahan hingga kini. Tayangan-tayangan mistis seperti mampu
membuat pemirsanya selalu penasaran dan menunggu-nunggu setiap ‘cerita’ dalam
setiap episode yang disajikan.
Sebut saja beberapa tayangan mistis seperti Jejak
Paranormal yang ditayangkan oleh stasiun televisi ANTV dan Mister Tukul
Jalan-Jalan yang ditayangkan oleh Trans7. Kedua tayangan tersebut merupakan dua
contoh tayangan mistis yang masih eksis dan populer di kancah pertelevisian
Indonesia.
Daya tarik yang ditawarkan oleh tayangan-tayangan
mistis di Indonesia adalah terjadinya berbagai fenomena mistis yang menarik
perhatian dan rasa penasaran pemirsanya. Misalnya, terjadinya fenomena
kesurupan, bahkan penampakan makhluk astral yang merupakan daya tarik utama
tayangan mistis. Penampakan makhluk astral yang terekam kamera, seperti menjadi
tolak ukur tersendiri bagi keberhasilan dan kesuksesan suatu tayangan mistis.
Semakin banyakan penampakan yang ditayangkan, semakin tinggi pula antusiasme
dan daya tarik yang dimiliki oleh tayangan tersebut. Sebut saja tayangan “Dunia
Lain” dan “Masih Dunia Lain” di Trans7, yang sempat melejit beberapa waktu yang
lalu. Dalam setiap episodenya, tayangan ini hampir selalu menampilkan berbagai
penampakan makhluk astral yang terkadang terlihat jelas di kamera.
Tayangan-tayangan mistis selalu berpindah set dan
cerita, dalam artian hampir dalam setiap episodenya tayangan ini selalu
mengambil lokasi dan mengusung cerita mistis yang berbeda dari masing-masing
lokasi dan daerah yang dikunjungi. Tayangan mistis mengangkat berbagai cerita ‘urban legend’ untuk disuguhkan kepada
pemirsanya. Hal ini lah yang menjadi salah satu daya tarik tayangan mistis di
Indonesia.
Kehadiran para praktisi supranatural atau
paranormal agaknya juga menjadi daya tarik tambahan bagi suatu tayangan bertema
mistis. Para ‘orang pintar’ tersebut seolah dapat membuat pemirsanya ikut
manggut-manggut mendengar penjelasannya akan berbagai makhluk yang ‘hadir’
disekitar mereka, serta aksi dan jurus mereka dalam menaklukkan berbagai
makhluk tak kasat mata.
Seiring dengan semakin berjalannya waktu, kepopuleran
tayangan mistis di Indonesia, kini tidak hanya bergantung dari fenomena-fenomena
dan lokasi angker dan mistis yang ditawarkan pada pemirsa. Namun, dewasa ini
pemirsa tayangan mistis juga disuguhi hadirnya berbagai faktor menarik lain
dalam tayangan mistis masa kini. Sebut saja kehadiran para artis yang menjadi
pembawa acara dan host yang memandu
tayangan tersebut, sehingga menjadi daya tarik lain bagi pemirsanya.
‘Male Gaze’ dalam Tayangan
Mistis Indonesia
Ada hal lain yang tidak dapat dilepaskan dan bisa
dibilang identik dengan tayangan mistis masa kini, yaitu kehadiran ‘artis-artis
wanita’ yang menjadi pendamping pembawa acara dalam tayangan mistis tersebut.
Dalam sebuah literatur tentang gender dan media
menyingkapkan ketidaksetaraan yang mendasar dalam frekuensi pemuatan perempuan
dan laki-laki di media. Sementara kendali atas kreasi dan produksi citra media
juga berada dalam genggaman laki-laki, Croteau dan Hoynes (Ibrahim, 2007:4). Dalam
tayangan televisi wanita digunakan sebagai daya tarik dalam sebuah tayangan
oleh produsen media. Perempuan dijadikan sebagai sebuah objek yang menarik
untuk dimasukkan keterlibatannya dalam semua jenis acara. Kehadiran para artis
wanita dalam suatu tayangan seperti menjadi pemandangan yang menyegarkan mata. Dalam
male gaze, wanita dianggap sebagai
sebuah objek yang menjadi daya tarik tersendiri bagi suatu tayangan televisi.
Salah satu tayangan mistis yang memanfaatkan male gaze dalam setiap episodenya adalah
tayangan “Mister Tukul Jalan-jalan” Trans7. Program yang menggandeng Tukul
Arwana, satu pembawa acara terkenal di Indonesia ini mengusung tema dan bintang
tamu ‘wanita’ yang berbeda pula di setiap episodenya. Hal ini tentu saja
menghadirkan warna tersendiri bagi para pemirsanya khususnya laki-laki, karena
tak jarang para bintang tamu yang dihadirkan terkesan ‘sengaja’ berpakaian mencolok
dan seksi untuk mengundang perhatian.
Kehadiran para wanita dalam tayangan “Mister Tukul
Jalan-jalan”, seperti memberikan daya tarik ganda bagi pemirsa dan penggemar
tayangan dengan genre ini. karena selain disuguhi dengan fenomena-fenomena mistis
seperti tayangan mistis pada umumnya, pemirsa khususnya kaum laki-laki juga
disuguhi dengan kehadiran bintang tamu artis wanita yang ikut hadir dalam
tayangan tersebut.
Para artis wanita yang terlibat dalam tayangan ini,
biasanya akan ikut dalam sebuah investigasi yang dilakukan Tukul dan
kawan-kawannya di sebuah lokasi yang terkenal angker. Para wanita tersebut
biasanya akan selalu berdiri disamping si pembawa acara untuk di ‘perlihatkan’
kehadiran dan sosoknya pada pemirsa.
Conclusion: Pentingkah
Kehadiran Wanita dalam Tyangan Mistis?
Ada
kesenjangan yang dipersepsikan antara “bagaimana perempuan itu sebenarnya dan
bagaimana citra media tentang perempuan”( Mulyana & Solatun, 2007:
318-319). Dibalik
representasi perempuan di televisi yang cenderung kurang pas dan selalu menjadi
objek, perempuan dalam konstruksi lain (feminis) direpresentasikan sebagai
makhluk anggun dan santun. Namun kenyataan yang terjadi dalam realitas
sehari-hari berkata lain.
Dalam tayangan televisi Indonesia, khususnya dalam
tayangan Mister Tukul Jalan-jalan, wanita direpresentasikan sebagai suatu
pelengkap yang menarik dan penghias malam (karena acara tersebut ditayangkan di
malam hari). Wanita digunakan untuk menarik perhatian dan sebagai pemuas mata
laki-laki. Maka tak heran bahwa pada penampilannya di layar kaca, wanita
cenderung megenakan pakaian yang dianggap seksi, menarik dan eye-catching untuk menarik mata
pemirsanya.
Meskipun kontribusinya dalam tayangan ini secara
praktek tidak begitu kentara, namun kehadiran mereka seperti memberikan kesan
tersendiri dalam acara tersebut. Mereka terkesan hanya sebagai pemanis dan
hiasan yang dipajang selama berlangsungnya acara tersebut, karena mereka akan
selalu ikut kemanapun si pembawa acara pergi.
Dalam tayangan mistis seperti “Mister Tukul
Jalan-jalan”, kehadiran para wanita tersebut seperti dipaksakan. Karena sebenarnya,
tidak ada korelasi yang jelas antara kehadiran mereka dengan konsep acara
tersebut. Wanita hanya menjadi objek dari male
gaze saja. Karena sebenarnya kehadiran wanita seksi dalam acara ini pun
bisa dibilang nyeleneh (aneh).
Kehadiran wanita-wanita dalam suatu
tayangan televisi memang sudah terbukti ampuh menjadi daya tarik tersendiri.
Namun, kehadiran wanita seharusnya diimbangi dengan kontribusinya bagi sebuah
acara, agar wanita tidak terkesan hanya sebagai objek pemanis dan penarik
perhatian saja.
Kehadiran wanita juga harus menyesuaikan tema dan
konsep dari acara yang ditayangkan. Akan terkesan aneh bila sebuah tayangan
mistis tiba-tiba menyelipkan visualisasi wanita berpakaian minim didalamnya.
Sehingga konsep awal dari acara tersebut akan pudar dan tertutup dengan
dominannya kehadiran si wanita didalamnya.
Daftar Pustaka :
Ibrahim, Idi Subandy (2007). Budaya Populer sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Mulyana, Deddy & Solatun (2007). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.