Sunday, September 20, 2015

RANGKUMAN TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA VINCENT MOSCO



RANGKUMAN TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA  VINCENT MOSCO
(KOMODIFIKASI, SPASIALISASI, STRUKTURASI)




            Secara umum, Vincent Mosco (1996) mendeskripsikan bahwa teori ekonomi politik adalah sebuah studi yang mengkaji tentang hubungan sosial, terutama kekuatan dari hubungan tersebut yang secara timbal balik meliputi proses produksi, distribusi dan konsumsi produksi yang telah dihasilkan. Awal kemunculan teori ini didasari besarnya pengaruh media massa pada perubahan kehidupan masyarakat. Dengan kekuatan penyebarannya yang begitu luas, media massa dianggap tidak hanya dianggap mampu menentukan dinamika sosial, politik dan budaya baik dalam tingkat lokal, maupun gobal, akan tetapi media massa juga mempunyai peran yang sangat signifikan dalam peningkatan surplus secara ekonomi.
            Untuk dapat memahami konsep ekonomi politik media secara keseluruhan, Vincent Mosco menawarkan 3 konsep dasar yang harus dipahami, yaitu       :
A.    Komodifikasi
Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Dalam hal ini, produk media yang berupa informasi dan hiburan, menjadi barang dagangan yang dapat dipertukarkan dan bernilai ekonomis. Awak media dilibatkan untuk memproduksi dan medistribusikan ‘barang dagangan’ tersebut kepada konsumen yang beragam. Konsumen yang dimaksud dapat berupa khalayak pembaca media cetak, penonton televisi, pendengar radio, dan bahkan negara sekalipun yang memiliki kepentingan dengannya. Nilai tambahnya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana produk media dapat memenuhi kebutuhan individual maupun sosial.
Ada beberapa bentuk komodifikasi menurut Mosco, yaitu; komodifikasi isi atau konten, komodifikasi audiens atau khalayak dan komodifikasi pekerja.
a.       Komodifikasi Isi/Konten
Proses komodifikasi ini dimulai ketika pelaku media mengubah pesan melalui teknologi yang ada menuju sistem interpretasi yang penuh makna sehingga menjadi pesan yang marketable. Akibatnya, akan terjadi keragaman dari isi media untuk dapat  menerima perhatian khalayak.  Contoh dari komodifikasi ini adalah seperti yang ada padaprogram X-Factor Indonesia yang ditayangkah oleh RCTI setiap hari Jumat malam. Pada program ini komodifikasi isi/kontent dapat diwujudkan dalam bentuk kualitas vocal dari masing-masing peserta, penampilan peserta, profil peserta serta latar belakang peserta program tersebut.
b.      Komodifikasi Audiens/Khalayak
Audiens merupakan komoditas yang penting untuk  media massa dalam mendapatkan iklan dan pemasukan. Media dapat menciptakan khalayaknya sendiri dengan program-program menariknya, sehingga kemudian para pengiklan akan tertarik untuk beriklan di media massa tersebut.
Media biasanya menjual audiens dalam bentuk rating atau share kepada advertiser untuk dapat menggunakan airtime mereka. Cara yang ditempuh adalah dengan membuat program yang dapat menembus rating yang lebih tinggi dari program lain.
Selain komodifikasi dalam bentuk rating, saat ini komodifikasi audiens juga sudah mulai berkembang. Caranya, dengan secara langsung melibatkan audiens dalam program-program yang dibuat media. Contoh yang sering terjadi adalah dengan melibatkan audiens dalam pengambilan suara (voting) dalam sebuah ajang pencarian bakat, hal ini dilakukan agar audiens merasa keterlibatannya penting dalam keberlangsungan sebuah program media massa. Contoh Program: Indonesian Idol di RCTI, D’Academy di Indosiar dan program-program lain yang melibatkan polling SMS dari pemirsa untuk pengambilan suara bagi pesertanya.
c.       Komodifikasi Pekerja/Labour
Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya produksi, namun juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa.
Komodifikasi dalam aspek ini pun sekarang juga telah berkembang seiring denga perkembangan program-program di media massa. Dewasa ini pekerja media kerap dilibatkan secara langsung dalam sebuah program media. Mereka di tempatkan tidak hanya dibelakang layar, namun juga didepan layar, sehingga dapat menjadi konsumsi audiens. Contoh program: YKS (Yuk Keep Smile) Trans TV. Dalam program ini, seluruh crew dilibatkan baik dalam proses dibelakang layar maupun didepan layar kaca. Sehingga ketika menyaksikan acara ini tidak jarang dapat disaksikan crew berseragam Trans TV yang berlalu lalang (misalnya dalam segmen joget, pencarian jodoh, hipnotis, dll)

B.     Spasialisasi
Spasialisasi berkaitan dengan bagaimana media mampu menyajikan produknya didepan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. media menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan produk media kepada khalayaknya.
Spasialisasi juga dimaknai sebagai perpanjangan institusional media melalui bentuk korporasi dan seberapa besar bentuk usaha media tersebut. Ukurannya bisa berbentuk horizontal maupun vertikal. Dalam bentuk horizontal, perpanjangan ini biasanya menjelma dalam bentuk-bentuk konglomerasi, yang pada akhirnya memunculkan tindakan monopoli. Beberapa kasus yang sering terjadi dalam industri media adalah, ketika suatu perusahaan media membeli bagian lain dari suatu perusahaan lain. Spasialisasi sering dikaitkan dengan bagaimana media melakukan ‘pembesaran’ lingkup medianya demi menjangkau khalayak
Contoh konkret dari spasialisasi horizontal ini adalah katika  MNC Group yang menaungi beberapa stasiun televisi seperti RCTI dan Global TV, kemudian membeli TPI yang kemudian diubah namanya menjadi MNC TV.
Sementara spasialisasi vertikal adalah proses integrasi antara induk perusahaan dan anak perusahaan yang dilakukan dalam satu garis bisnis untuk memperoleh sinergi, terutama untuk memperoleh kontrol dalam produksi media.
Spasialisasi dalam bentuk vertikal yang terjadi di Indonesia misalnya dari kepemilikan Bakrie & Brothers Group yang selain memiliki bisnis media ( TVOne, ANTV, VivaNews) juga merentangkan sayapnya di bidang telekomunikasi (PT. Bakrie Telecom Tbk, PT. Bakrie Connectivity, PT. Bakrie Communications Corporation, PT. Stone Path Indonesia atau biasa disebut Path), agribisnis (PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk) , minyak dan gas (PT. Bumi Resources Tbk & PT. Energi Mega Persada Tbk) , properti (PT. Bakrieland Development Tbk) , dan masih banyak lagi.



C.    Strukturasi
Strukturasi dapat digambarkan sebagai proses dimana struktur sosial saling ditegakkan oleh para agen sosial, dan bahkan masing-masing bagian dari struktur mampu bertindak melayani bagian yang lain. Hasil akhir dari strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diantara kelas, gender, ras dan gerakan sosial yang masing-masing berhubungan satu dengan yang lainnya. Hstrukturasi juga berkaitan dengan bagaimana cara media membangun hegemoni dan menegakkan hegemoni atau pemahaman yang mendominasi masyarakat. Gagasan tentang strukturasi ini pada mulanya dikembangkan oleh Anthony Giddens.
Contoh strukturasi di media massa Indonesia dapat dengan mudah ditemukan pada program D’Academy 2 yang ditayangkan di Indosiar. Jargon yang sering diucapkan oleh salah satu dari 5 juri di program tersebut, kini mulai menjadi trend kosa kata baru yang sering diucapkan oleh masyarakat. Jargon tersebut adalah “apalah-apalah” milik Iis Dahlia.
Sebelumnya strukturasi semacam ini juga pernah terjadi dalam acara Indonesia Mencari Bakat (IMB) 3, yang pada saat itu mempopulerkan jagon “Jos gandos “ milik juri Soimah dan “Cetar Membahana” milik juri Syahrini.











DAFTAR PUSTAKA






1 responses:

Unknown said...

blog dengan tampilan dan isi yang menarik, apalagi kalo ditambah referensi dari buku aslinya :)

Post a Comment