RANGKUMAN
TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA VINCENT
MOSCO
(KOMODIFIKASI, SPASIALISASI,
STRUKTURASI)
Secara umum, Vincent Mosco (1996) mendeskripsikan bahwa teori
ekonomi politik adalah sebuah studi yang mengkaji tentang hubungan sosial,
terutama kekuatan dari hubungan tersebut yang secara timbal balik meliputi
proses produksi, distribusi dan konsumsi produksi yang telah dihasilkan. Awal
kemunculan teori ini didasari besarnya pengaruh media massa pada perubahan
kehidupan masyarakat. Dengan kekuatan penyebarannya yang begitu luas, media
massa dianggap tidak hanya dianggap mampu menentukan dinamika sosial, politik
dan budaya baik dalam tingkat lokal, maupun gobal, akan tetapi media massa juga
mempunyai peran yang sangat signifikan dalam peningkatan surplus secara ekonomi.
Untuk dapat memahami konsep ekonomi
politik media secara keseluruhan, Vincent Mosco menawarkan 3 konsep dasar yang
harus dipahami, yaitu :
A.
Komodifikasi
Komodifikasi
berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai
gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Dalam hal
ini, produk media yang berupa informasi dan hiburan, menjadi barang dagangan
yang dapat dipertukarkan dan bernilai ekonomis. Awak media dilibatkan untuk
memproduksi dan medistribusikan ‘barang dagangan’ tersebut kepada konsumen yang
beragam. Konsumen yang dimaksud dapat berupa khalayak pembaca media cetak,
penonton televisi, pendengar radio, dan bahkan negara sekalipun yang memiliki
kepentingan dengannya. Nilai tambahnya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana
produk media dapat memenuhi kebutuhan individual maupun sosial.
Ada beberapa
bentuk komodifikasi menurut Mosco, yaitu; komodifikasi isi atau konten,
komodifikasi audiens atau khalayak dan komodifikasi pekerja.
a.
Komodifikasi
Isi/Konten
Proses komodifikasi ini dimulai ketika pelaku media mengubah pesan
melalui teknologi yang ada menuju sistem interpretasi yang penuh makna sehingga
menjadi pesan yang marketable. Akibatnya, akan terjadi keragaman dari
isi media untuk dapat menerima perhatian
khalayak. Contoh dari komodifikasi ini
adalah seperti yang ada padaprogram X-Factor Indonesia yang ditayangkah oleh
RCTI setiap hari Jumat malam. Pada program ini komodifikasi isi/kontent dapat
diwujudkan dalam bentuk kualitas vocal dari masing-masing peserta, penampilan
peserta, profil peserta serta latar belakang peserta program tersebut.
b.
Komodifikasi
Audiens/Khalayak
Audiens merupakan komoditas yang penting untuk media massa dalam mendapatkan iklan dan
pemasukan. Media dapat menciptakan khalayaknya sendiri dengan program-program
menariknya, sehingga kemudian para pengiklan akan tertarik untuk beriklan di
media massa tersebut.
Media biasanya menjual audiens dalam bentuk rating atau share
kepada advertiser untuk dapat menggunakan airtime mereka.
Cara yang ditempuh adalah dengan membuat program yang dapat menembus rating yang
lebih tinggi dari program lain.
Selain komodifikasi dalam bentuk rating, saat ini
komodifikasi audiens juga sudah mulai berkembang. Caranya, dengan secara
langsung melibatkan audiens dalam program-program yang dibuat media. Contoh
yang sering terjadi adalah dengan melibatkan audiens dalam pengambilan suara (voting)
dalam sebuah ajang pencarian bakat, hal ini dilakukan agar audiens merasa
keterlibatannya penting dalam keberlangsungan sebuah program media massa.
Contoh Program: Indonesian Idol di RCTI, D’Academy di Indosiar dan
program-program lain yang melibatkan polling SMS dari pemirsa untuk pengambilan
suara bagi pesertanya.
c.
Komodifikasi
Pekerja/Labour
Pekerja merupakan penggerak kegiatan produksi. Bukan hanya
produksi, namun juga distribusi. Pemanfaatan tenaga dan pikiran mereka secara
optimal dengan cara mengkonstruksi pikiran mereka tentang bagaimana
menyenangkannya jika bekerja dalam sebuah institusi media massa.
Komodifikasi dalam aspek ini pun sekarang juga telah berkembang
seiring denga perkembangan program-program di media massa. Dewasa ini pekerja
media kerap dilibatkan secara langsung dalam sebuah program media. Mereka di
tempatkan tidak hanya dibelakang layar, namun juga didepan layar, sehingga
dapat menjadi konsumsi audiens. Contoh program: YKS (Yuk Keep Smile) Trans TV.
Dalam program ini, seluruh crew dilibatkan baik dalam proses dibelakang layar
maupun didepan layar kaca. Sehingga ketika menyaksikan acara ini tidak jarang
dapat disaksikan crew berseragam Trans TV yang berlalu lalang (misalnya dalam
segmen joget, pencarian jodoh, hipnotis, dll)
B.
Spasialisasi
Spasialisasi berkaitan dengan bagaimana media mampu menyajikan
produknya didepan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. media menentukan
perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan produk media kepada
khalayaknya.
Spasialisasi juga dimaknai sebagai perpanjangan institusional media
melalui bentuk korporasi dan seberapa besar bentuk usaha media tersebut.
Ukurannya bisa berbentuk horizontal maupun vertikal. Dalam bentuk horizontal,
perpanjangan ini biasanya menjelma dalam bentuk-bentuk konglomerasi, yang pada
akhirnya memunculkan tindakan monopoli. Beberapa kasus yang sering terjadi
dalam industri media adalah, ketika suatu perusahaan media membeli bagian lain
dari suatu perusahaan lain. Spasialisasi sering dikaitkan dengan bagaimana
media melakukan ‘pembesaran’ lingkup medianya demi menjangkau khalayak
Contoh konkret dari spasialisasi horizontal ini adalah katika MNC Group yang menaungi beberapa stasiun
televisi seperti RCTI dan Global TV, kemudian membeli TPI yang kemudian diubah
namanya menjadi MNC TV.
Sementara spasialisasi vertikal adalah proses integrasi antara
induk perusahaan dan anak perusahaan yang dilakukan dalam satu garis bisnis
untuk memperoleh sinergi, terutama untuk memperoleh kontrol dalam produksi
media.
Spasialisasi dalam bentuk vertikal yang terjadi di Indonesia
misalnya dari kepemilikan Bakrie & Brothers Group yang selain memiliki
bisnis media ( TVOne, ANTV, VivaNews) juga merentangkan sayapnya di bidang
telekomunikasi (PT. Bakrie Telecom Tbk, PT. Bakrie Connectivity, PT. Bakrie
Communications Corporation, PT. Stone Path Indonesia atau biasa disebut Path),
agribisnis (PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk) , minyak dan gas (PT. Bumi
Resources Tbk & PT. Energi Mega Persada Tbk) , properti (PT. Bakrieland
Development Tbk) , dan masih banyak lagi.
C.
Strukturasi
Strukturasi dapat digambarkan sebagai proses dimana struktur sosial
saling ditegakkan oleh para agen sosial, dan bahkan masing-masing bagian dari
struktur mampu bertindak melayani bagian yang lain. Hasil akhir dari
strukturasi adalah serangkaian hubungan sosial dan proses kekuasaan diantara
kelas, gender, ras dan gerakan sosial yang masing-masing berhubungan satu
dengan yang lainnya. Hstrukturasi juga berkaitan dengan bagaimana cara media
membangun hegemoni dan menegakkan hegemoni atau pemahaman yang mendominasi
masyarakat. Gagasan tentang strukturasi ini pada mulanya dikembangkan oleh
Anthony Giddens.
Contoh strukturasi di media massa Indonesia dapat dengan mudah
ditemukan pada program D’Academy 2 yang ditayangkan di Indosiar. Jargon yang
sering diucapkan oleh salah satu dari 5 juri di program tersebut, kini mulai
menjadi trend kosa kata baru yang sering diucapkan oleh masyarakat. Jargon
tersebut adalah “apalah-apalah” milik Iis Dahlia.
Sebelumnya strukturasi semacam ini juga pernah terjadi dalam acara
Indonesia Mencari Bakat (IMB) 3, yang pada saat itu mempopulerkan jagon “Jos
gandos “ milik juri Soimah dan “Cetar Membahana” milik juri Syahrini.
DAFTAR PUSTAKA
1 responses:
blog dengan tampilan dan isi yang menarik, apalagi kalo ditambah referensi dari buku aslinya :)
Post a Comment