Lahirnya
Media Sosial sebagai Media Komunikasi
Di era global saat ini, siapa yang tak
kenal internet?, internet merupakan salah satu perwujudan dari perkembangan
teknologi informasi sekaligus komunikasi yang sangat populer di kalangan
masyarakat modern. Internet menyediakan akses bebas dan tak terbatas terhadap
informasi. Populernya internet sebagai
media komunikasi memunculkan banyaknya founder-founder
di bidang internet untuk membuat media komunikasi dan informasi baru yang
dapat diakses dengan mudah, dengan memanfaatkan koneksi internet.
Seperti halnya dengan perkembangan
teknologi di bidang lain, terdapat pula beberapa fase perkembangan media
sosial. Perkembangan media sosial di
awali dengan penemuan sistem papan buletin oleh duo Ward Christensen dan Randy pada 1978. Sistem ini memungkinkan penggunanya untuk saling megirim dan menerima
informasi (download dan upload), serta mengirim surat elekronik
(e-mail) dengan menggunakan koneksi
yang tersambung dengan modem saluran telepon.
Selanjutnya pada
1995, lahir layanan situs webhosting pertama
bernama GeoCities. Situs ini
menyediakan layanan penyimpanan data-data website,
sehingga dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Situs ini menjadi awal
munculnya website-website lain.
Pada 1997 muncul
layanan media sosial sixdegree.com.
Sedangkan media sosial blogger.com lahir
pada 1999. Blogger menyediakan
layanan bagi para penggunanya untuk membuat dan mengelola halaman situsnya
sendiri secara gratis. Pengguna blogger dapat
dengan mudah dan bebas menggunakan halamannya sendiri.
Pada 2002, muncul media sosial friendster. Media sosial ini menjadi
tren pada awal kemunculannya. Banyak pegguna internet berlomba-lomba untuk
membuat akun friendsternya untuk
mengikuti perkembangan media sosial pada masa itu. Media ini sekaligus menjadi
tonggak lahirnya media-media sosial modern lain. Menyusul kehadiran friendster,
pada 2003 lahir LinkedIn. Meski tak
sepopuler keberadaan friendster,
pengguna media sosial ini pun cukup banyak. Hal ini dikarenakan telah
berkembangnya fungsi media sosial dalam LinkedIn
yang memungkinkan penggunanya untuk bermedia sosial sekaligus mendapatkan
akses informasi lowongan pekerjaan.
MySpace muncul beriringan dengan LinkedIn pada 2003. Situs ini dianggap
sebagai situs yang paling bersahabat dengan pengguna internet karena sistemnya
yang mudah dan friendly.
Seorang programer asal Inggris bernama
Mark Elliot Zuckerberg, memperkenalkan penemuan fenomenalnya kepada publik pada
2004. Jejaring sosial yang diberi nama facebook tersebut, kini merupakan media
sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di seluruh dunia. Kemunculan facebook dapat dikatakan menyempurnakan
media sosial sebelumnya karena memasukkan berbagai fungsi media sebelumnya,
sehingga dapat dikatakan media ini sebagai media multi-fungsi.
Seperti ingin mengulang kepopuleran facebook, pada 2006 media sosial twitter hadir
dan menawarkan fitur yang hampir serupa dengan facebook. Namun bagi sebagian orang, twitter dianggap kurang unggul dalam memposting karakter dalam
jumlah besar, karena hanya dibatasi 140 karakter saja.
Dan selanjutnya, perkembangan media sosial
di tahun-tahun berikutnya terjadi begitu cepat. Hal ini ditandai dengan
kemunculan media-media sosial terbaru, seperti instagram dan path yang
sama-sama menjadi media sosial yang paling eksis hingga saat ini.
Media Sosial sebagai Sarana Lahirnya Masyarakat Digital
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kemunculan
media sosial sebagai media komunikasi modern, sangat mempermudah penyampaian
dan penerimaan informasi bagi penggunannya. Hal ini ditunjukkan dengan cepat
dan mudahnya proses pertukaran informasi yang terjadi. Media mengemas teknologi
komunikasi terdahulu menjadi lebih praktis, simple dan modern. Misalnya, dahulu
masyarakat menggunakan surat sebagai sarana tukar informasi. Namun kini,
kehadiran surat tergeser dengan munculnya e-mail
(electronic mail), yang merupakan
bentuk modern dari surat itu sendiri.
Selain dimudahkan dalam aspek pertukaran
informasi, kehadiran media sosial juga
menghadirkan efek lain dalam kehidupan masyarakat modern. Wujud dari salah satu
efek tersebut adalah, lahirnya ‘masyarakat digital’. Hal ini terjadi ketiaka,
masyarakat mulai menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berinteraksi
melalui media sosial. Kegiatan-kegiatan yang pada mulanya dilakukan di dunia
realitas, kini dengan hadirnya media sosial dapat dengan mudah dan cepat dapat
dilakukan. Contohnya: dahulu kegiatan belanja (shopping) hanya dapat dilakukan di toko, warung atau pusat-pusat
perbelanjaan, namun kini kegiatan tersebut dikemas secara lebih praktis, mudah
dan cepat dengan munculnya ‘lapak-lapak online’
atau online shop, yang entah dimulai
oleh siapa, kini sangat riuh di media sosial. Mulai dari pakaian, kosmetik, alat-alat
rumah tangga, bahkan makanan pun kini dapat dengan mudah dipesan ke si penjual
dengan menggunakan sistem order-pay-ship (pesan-bayar-antar).
Di salah satu media sosial ‘Instagram’, kehadiran lapak-lapak online
ini dapat dibilang sangat kentara dan signifikan. Dapat dikatakan bahwa Instagram merupakan media yang idela
bagi lapak-lapak online ini. Hal ini
karena Instagram menyediakan fitur post dengan foto dan caption sehingga para pengelola lapak online dapat menggunakan galeri Instagram mereka untuk ‘memajang’ dan
‘menggelar’ dagangannya dengan bebas. Online
shop- online shop di Instagram biasanya menyertakan harga dan
lokasi asal pengiriman untuk memudahkan pembeli melakukan tracking terhadap pengiriman barang mereka. Hal ini akan sangat
membantu untuk memantau ketepatan pengiriman jasa ekspedisi yang digunakan.
Adanya paket lengkap dari media sosial
tersebut, seperti semakin mengamini masyarakat untuk hidup makin bergantung
padanya. Dampak positif dari hal ini adalah, kemudahan masyarakat untuk
mendapatkan dan meneruskan inofrmasi, sehingga dapat mengikuti perkembangan
baik secara nasional bahkan internasional. Dengan sekali akses media sosial,
semua kegiatan dapat dengan mudah dilakukan. Dengan sekali klik, apapun bisa
terselesaikan. Masyarakat kita menjadi lebih aktif dalam menggunakan teknologi
untuk hal-hal yang ‘menurut mereka’ lebih berguna. Hal ini secara otomatis
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk semakin ‘melek media’, khususnya untuk
generasi-generasi mendatang.
Dampak negatif dari perkembangan media
sosial adalah, kegiatan interaksi secara
langsung dengan tatap muka mulai ditinggalkan. Hal ini tentu akan menyebabkan
kesenjangan dan ketidakseimbangan proses sosial dalam masyarakat. Sebagai
makhluk sosial, proses interaksi sangat penting dalam kehidupan manusia.
Interaksi sosial-lah yang membentuk lingkungan sosial, jika interaksi kini
hanya dilakukan di media sosial, maka tentulah akan terjadi kerenggangan dalam
hubungan sosial antar manusia.
‘Generasi Nunduk’, frase itulah yang
sering dilontarkan untuk menggambarkan keadaan masyarakat kita kini. Ketika
kebanyakan individu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menunduk, sibuk
dengan aktifitas gadgetnya. Dimanapun
dan kapanpun, ‘nunduk’ menjadi kegiatan yang paling mengasyikkan dibanding
kegiatan lain, termasuk berinteraksi dengan orang yang bahkan hadir tepat di
samping kita. Tua, muda, miskin, kaya, apapun gadget yang digenggamnya, mahal atau murah, kegunaannya sama, untuk
‘nunduk’.
Tidak dapat dipungkiri, semua individu
terkena dampak dari munculnya media sosial dalam masyarakat kita, baik dalam
hal positif maupun negatif. Maka dari itu, masyarakat pengguna media sosial
hendaknya dapat memanfaatkan media sosial dengan seperlunya dan sewajarnya.
Jangan menggantungkan semua hal pada media sosial. Memang benar bahwa dengan
media sosial kita dapat melakukan banyak hal. Namun, tidak semua hal bisa
didapatkan dengan media sosial, misalnya hubungan baik dan interkasi sosial
yang intim dengan sesama. Maka dari itu, lakukan hal yang masih bisa dilakukan
tanpa menggunakan teknologi, misalnya pergi keluar dan berinteraksi dengan
orang-orang yang ada di sekitar kita, bersosialisasi dan mempererat hubungan
dengn yang lain. Bukan melalui media, tapi bertatap muka secara langsung.
Sehingga akan tercipta interaksi sosial yang selaras dengan komunikasi yang
dilakukan baik dengan atau tanpa media sosial. Hal ini agar tittle ‘Generasi Nunduk’ sedikit demi
sedikit, perlahan tapi pasti akan luntur dari generasi kita.
1 responses:
Iron Man: Judi Online - Tioga Arts
Iron 2020 edge titanium Man is titanium hair trimmer as seen on tv the second and only authentic Iron cerakote titanium Man comic book series, thaitanium released by Konami for the PlayStation 4 and Xbox titanium white acrylic paint One.
Post a Comment